Jakarta, Pakuan pos – Sekjen Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia mengapresiasi para teknopreneur millenial terkemuka Indonesia masuk dunia politik, karena mereka telah membuktikan perjuangannya yang semula dari produk starup rintisan berhasil menjadi starup unicorn bahkan decacorn itu adalah buah dari ilmu yang didapatnya dalam dunia pendidikan, yang kemudian di praktekan, di amalkan dan dimaterialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Mereka bukan hanya sekadar teoritis normatif tapi aplikatif, yang mana secara nyata justru ajaran Bung Karno telah dipraktekan antara lain telah ikut berkontribusi untuk negara mengadakan suatu pekerjaan atau lapangan kerja, telah mengorganisir bukan hanya ratusan ribu tapi jutaan rakyat untuk mendapatkan penghidupan yang layak dari produknya, dimana yang dahulu pekerjaan tersebut kurang bergengsi bahkan disepelekan sekarang justru banyak diminati rakyat kebanyakan, mereka dengan produknya membuat si marhaen yang jutaan orang ini dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan berdaya bahkan hidup layak, marhaenisme ajaran Bung Karno telah menjadi praktek, dibumikan,” ujarnya.

Cahyo Gani Saputro juga mensitir Pidato Bung Karno pada saat penerimaan gelar honoris causa pada bidang hukum oleh Universitas Gajah Mada pada tanggal 19 September 1951 yang berjudul ‘Ilmu Dan Amal= Geest Wil Daad’ yang juga menjadi motto Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia yang dalam penggalan pidatonya berbunyi “Segenap tindak tandukku sekedar saya arahkan kepada perjoangan, dan pengabdian kepada tanah-air dan bangsa. Ya benar, saya telah banyak sekali membaca buku-buku. Tetapi sebagai tadi saya katakan: pembawaanku tidak puas dengan ilmu an-sich. Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek hidupnya manusia, atau praktek-hidupnya bangsa, atau praktek hidupnya dunia kemanusiaan.

Memang Alhamdulillah sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktek hidup manusia, bangsa dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal; menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan, sehingga pengetahuaan ialah untuk perbuatan dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal, kennis dan daad, harus “wahyu-mewahyui” satu sama lain, ‘kennis zonder daad is doellos. Daad zonder kennis is richtingloos”. Demikianlah seorang sarjana pernah berkata.

selain itu Sekjen ISRI juga mendorong para tehnoprenuer millenial yang telah berjuang dan berhasil ini dapat ikut berkontribusi dalam membangun bangsa dengan ide-ide segar dan inovasi-inovasinya untuk kemajuan Bangsa dan Negara. (ADj/Red)