Menanti Blue Print Adat dan Budaya Suku Muna

0
1190

Muna Barat (Sultra), News Warta Publik – RESAH juga serius. Begitu suasana yang nampak diwajah Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Muna Barat (Mubar), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Abdul Nasir. Resah bukan karena panik, tapi lantaran peduli akan kelestarian adat dan budaya yang dimiliki oleh suku Muna. Mimik serius karena harapan besar yang ada dalam dirinya. Resah dan serius melebur jadi satu semangat yang membumbung tinggi.

Suasana hati yang muncul pada pak Nasir adalah wajar. Sebab mengenai budaya dan adat ini melekat pada lembaga yang dipimpinnya yakni bidang kebudayaan. Lagi-lagi kesungguhannya agar kekayaan suku Muna itu tak digilas zaman. Realitas saat ini, anak-anak muda yang hidup pada era milineal tak menganggap adat dan budaya bukan sesuatu yang penting. Padahal, karena adat dan budayanya Muna dikagumi dan terkenal di dunia luar.

Berangkat dari kondisi itulah, ia sangat berharap suatu ketika ada blue print (cetak biru) tentang adat dan budaya Muna. Cetak biru ini akan memuat adat, budaya serta filosofi hidup yang dianut oleh orang tua kita. Warisan mulia itu tetap menjadi identitas bagi orang Muna. Kapan dan dimana, identitas tersebut menjadi pembeda dari yang lain. Mulai dari cara bertutur hingga bergaul, adat itu mewarnai kesehariannya.

Harapan pak Nasir akan adanya cetak biru adat dan budaya Muna, bisa jadi merepresentasikan aspirasi warga Muna lainnya. Bukan hal mustahil pada suatu masa adat dan budaya Muna hilang tanpa jejak. Adanya pemikiran perlunya cetak biru soal adat dan budaya Muna ini harus disambut dengan antusias. Ini kesempatan yang baik. Pasalnya, jika pihak-pihak yang kompeten dengan persoalan ini telah tiada, maka untuk mendapatkan ilmu itu sangat susah. Dengan sendirinya kita sebagai orang Muna akan kehilangan jati diri.

Alangkah baiknya, kita semua menyatukan pikiran, bergandengan tangan, bahu membahu, untuk satu kata dan satu tindakan melestarikan adat dan budaya kita. Barangkali dengan cetak biru itu memberikan harapan baru demi kelestarian adat dan budaya. Barangkali ide brilian itu dapat menyelamatkan budaya kita dari cengkeraman budaya luar. Lebih baik lagi ada kebijakan yang mendukung lahirnya cetak biru ini. Dengan begitu, kita akan lebih percaya diri untuk menata dan melestarikannya. Suatu hari kelak anak-cucu kita merasakan manfaatnya. Adalah hal yang pasti bila mereka telah merasakan manfaatnya, ada pertanyaan yang menggelitik, siapa yang menciptakan ini dulu? [ Red ]

Penulis: La Ode Biku
News Warta Publik

Ilustrasi google