Pakuan Pos – Banyak orang membaca buku untuk sukses, untuk meraih cita-cita. Apa selalu begitu? Tentu tidak. Bahwa akibat membaca jadi orang sukses, orang pintar, orang kaya mungkin hanya bonus. Karena membaca bukan tujuan. Tapi proses atau jalan hidup.

Bila hari ini, makin banyak orang yang lebih gemar berkomentar. Atau berceloteh tentang suatu teks. Bisa jadi, mereka belum membacanya. Hoaks dan ujaran kebencian yang marak pun adalah cermin betapa sulitnya “membaca dulu” daripada “menyebarkan yang pertama”. Apalagi di tengah era digital yang serba mudah, serba instan. Tradisi membaca kadi kian terpinggirkan.

Membaca bukan untuk sukses, apalagi kaya.
Seperti tradisi membaca yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ada sekitar 160-an anak-anak kampung usia sekolah yang kini mampu membaca 5-8 buku per minggu. Anak-anak dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) yang membaca 3 kali seminggu di taman bacaan. Selama puluhan tahun tidak punya akses bacaan, Kini mereka antusias untuk menjadikan membaca sebagai “good habit”. Sebuah perilaku dan kebiasaan baik di kalangan anak-anak usia sekolah.

Kenapa membaca buku? Justru di TBM Lentera Pustaka, membaca buku untuk menekan angka putus sekolah. Membaca untuk melawan pernikahan dini, di samping mengimbangi mabuk” gim online di kalangan anak-anak. Karena membaca buku, suka tidak suka, merupakan kebiasaan penting yang sepatutnya ada pada siapa pun. Agar terbiasa dengan kegiatan yang positif daripada nongkrong atau bergosip.

Membaca buku di taman bacaan. Pun menjadi sarana untuk orang-orang baik yang mau berdonasi buku bacaan. Sedekah buku bacaan untuk anak-anak Indonesia. Agar saat di taman bacaan, ada banyak variasi buku yang dapat dibaca anak-anak. Bila tidak mampu sedekah uang atau membimbing anak-anak di taman bacaan. Mak cukup dengan berdonasi buku. Karena manfaatnya sangat besar dalam mendukung tegaknya tradisi baca anak-anak.

Donasi buku ke taman bacaan bukan hanya bermanfaat. Tapi bisa menjadi penolak bala dan menahan musibah dan kejahatan bagi seseorang yang sering mengamalkannya. Maka bersegeralah untuk donasi buku. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah atau donasi sekalipun hanya buku bacaan. Bila tidak mampu sedekah yang besar-besar, maka sedekahlah walau hanya buku bacaan ke taman bacaan.

Sebagai bukti membaca penting, donasi buku penting. Seperti yang terjadi di TBM Lentera Pustaka yang kini mampu menjalankan 11 program literasi, antara lain: 1) TABA (Taman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia PAUD, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu sebagai koperasi simpan pinjam untuk mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tingg, 8) DonBuk (Donasi Buku) untuk menerima dan menyalurkan buku bacaan, 9) RABU (RAjin menaBUng) karena semua anak punya celengan, 10) LITDIG (LITerasi DIGital) seminggu sekali setiap anak, dan 11) LITFIN (LITerasi FINansial). Bahkan melalui program “Kampung Literasi Sukaluyu tahun 2021” yang Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM, TBM Lentera Pustaka akan memperkuat perilaku gemar membaca dan budaya literasi masyarakat melalui penyediaan “3 pojok baca” bau. Alamdulillah, TBM Lentera Pustaka Bogor merupakan satu-satunya taman bacaan dari Bogor yang terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar Kampung Literasi tahun 2021.

Sulit dibantah siapa pun. Membaca buku genting. Donasi buku pun penting. Sebagai realisasi perbuatan baik. Untuk orang lain, untuk sesama yang membutuhkan bantuan kita. Sekalipun “perbuatan baik jarang diingat, perbuatan buruk jarang dilupakan”, tetaplah berjuang untuk literasi. Salam literasi.

Oleh: Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka