Oleh: Indra J Piliang
Ketua Biro Kaderisasi dan Keanggotaan DPD Partai Golkar DKI Jakarta

Pakuan Pos – Pilihan Muhammad Ridwan Kamil bergabung dengan Partai Golkar bukanlah jalan mudah. Banyak analis menduga, Kang Emil, nama panggilannya dipersiapkan sebagai Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden Partai Golkar. Analisa yang keluar tanpa informasi memadai. Seolah, Partai Golkar tak memiliki deretan kader usia 50 tahun sampai 60 tahun yang cakap di bidang kepemimpinan nasional.

Padahal, jika melihat dari rangkaian berita sebelumnya, baik di tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar atau Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar, nama-nama lain yang bergabung sudah disebut. Bahkan, khusus dalam momentum Hari Ulang Tahun Partai Golkar yang dihelat di Jakarta Expo Kemayoran, sosok Wanda Hamidah diperkenalkan. Wanda adalah aktivis 1998 yang mencorong, alumnus Universitas Trisaksi.

Di luar Wanda, sudah terdapat nama dan barisan aktivis mahasiswa 1998 lain yang bergabung. Sebagian masuk dalam jajaran fungsionaris Partai Golkar yang hendak diterjunkan dalam pemilu legislatif 2024. Kalau ada ‘title’ FUNGSIONARIS muncul dalam nama seorang kader Partai Golkar, sudah pasti mereka masuk daftar bakal calon anggota DPR RI dan DPRD (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) yang sedang dapat penugasan. Setiap bulan, nama-nama itu dievaluasi dalam rapat harian dan rapat pleno kepengurusan setingkat. Bagi calon anggota DPR RI, evaluasi dilakukan DPP Partai Golkar yang langsung dipimpin oleh Ketua Umum Airlangga Hartarto.

Surabaya dan Medan, dua kota besar selain Jakarta, sudah mencatat nama politisi yang ‘pindah tempat bernaung’ ke bawah rindang pohon beringin, sebelum Kang Emil diumumkan minggu lalu. Sebut saja Bayu Airlangga, eks pemimpin Partai Demokrat Provinsi Jawa Timur, pada awal Juni 2022. Yang lebih dahsyat,belasan loyalis Bayu di Jawa Timur ikut berpindah armada. Terakhir, Soekarwo yang notabene bapak mertua Bayu, mantan Gubernur Jawa Timur yang berprestasi, ikutan memperkuat barisan Dewan Pakar Partai Golkar.

“Apakah anda punya afiliasi partai politik di Amerika Serikat?” begitu pertanyaan yang diajukan kepada William Liddle, imuwan politik asal Amerika Serikat yang banyak berjasa terhadap perkembangan ilmu politik di Indonesia. Bill Liddle, begitu panggilannya, banyak merekrut mahasiswa asal Indonesia untuk kuliah magister hingga doktoral di Amerika Serikat.

“Jangankan urusan pilihan partai politik, bahkan calon menantu saya saja sudah pasti wajib punya afiliasi dengan Partai Demokrat!” ujar Bill, bersemangat.

Seingat saya, komentar itu diberikan Bill ketika membahas buku Barack Obama: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih, terbitan Ufuk Press, 2007. Sekalipun lebih banyak membaca buku Benedict Richard O’ Gorman Anderson, namun saya sering jumpa Bill Liddle sejak mahasiswa. Ben Anderson dikenal sangat kritis kepada pemerintahan Orde Baru, hingga jarang mendapatkan kesempatan berkunjung dan berdiskusi dengan kalangan cendekiawan dan kelompok kritis Indonesia di Indonesia.

Bill Liddle hanya satu dari sekitar hampir 48 Juta anggota Partai Demokrat Amerika Serikat Jumlah anggota Partai Demokrat yang punya National Democratic Institute sebagai jejaring lobby di sejumlah negara ini, jauh berkurang dibanding tahun 2020.

Bandingkan angka Partai Demokrat itu dengan jumlah anggota Partai Golkar yang sudah mendapatkan Nomor Pokok Anggota Partai Golkar (NPAPG). Dalam satu tahun terakhir saja, kinerja seluruh fungsionaris DPRD DKI Jakarta Raya baru berhasil menjaring 182.071 anggota Partai Golkar, berdasarkan data tanggal 23 Januari 2023. Program pendaftaran calon anggota yang bakal mendapatkan NPAPG di DKI Jakarta itu termasuk pionir dalam keterbukaan. Bocoran yang saya dapat, NPAPG yang berhasil dihimpun sudah jauh di atas angka 2,5 Juta. Angka pasti, tentu berada di laptop Satuan Tugas yang ditunjuk Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar.

Apakah Bayu yang merayu Pak De Karwo, atau Pak De Karwo yang sudah lama ingin bergabung dengan Partai Golkar, sudah tentu itu urusan meja makan keluarga besar Pak De Karwo. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI itu jelas memiliki sejumlah loyalis, paling tidak di kalangan Generasi X seperti saya. Kalau bersua dengan Pak De Karwo, saya akan tanyakan soal ini lebih detil, termasuk tanggal lahir Bayu yang susah digoogling. Sama halnya saya bertanya langsung kepada Erwin Muniruzaman, adik kandung Ridwan Kamil, “Apakah Ridwan Kamil punya darah Minang?” ketika bersua di Jalan Anggrek Nelly minggu lalu. Erwin yang lulusan Ilmu Astronomi Institut Teknologi Bandung incaran saya sejak Sekolah Dasar itu menjawab, “Tidak, Bang. Namanya saja barangkali, banyak mirip dengan orang Minang.”

Di Amerika Serikat, pilihan terhadap partai politik sudah masuk kategori hak asasi asal muasal yang melekat dengan diri seseorang. Sejumlah penerima hadiah nobel bahkan sejak mahasiswa adalah anggota Partai Komunis di kampusnya. Sebut saja Robert William Fogel, sejarawan ekonomi peraih Nobel Ekonomi 1993. Sama dengan di India, yakni tiga negara bagian dikuasai Partai Komunis India, bahkan di sejumlah distrik pemilihan Amerika Serikat, terdapat pemilih Partai Komunis yang bejibun. Amerika Serikat sama sekali tak menganut sistem dua partai.

Di Kota Medan, terdapat sejumlah tokoh yang bergabung dengan Partai Golkar. Nama Markus Horison yang dikenal sebagai kiper nasional sepakbola, sudah jauh-jauh hari mendapatkan NPAPG. Lae Markus bahkan sudah menjadi fungsionaris DPR RI. Sosok yang berperawakan plontos ini memperlihatkan betapa kalangan olahragawan sama sekali tak alergi terhadap partai politik. Dari jajaran artis, terdapat nama Sultan Djorghi yang juga bakal bertarung di Sumatera Utara untuk menuju Penajam Paser Utara, sebagai lokasi persemayaman Kantor DPR RI 2024-2029.

Di luar Lae Markus dan Sultan Djorghi, bergabung juga sejumlah bupati dan wakil bupati di Sumatera Utara. Sebut saja Dosmar Banjarnahor (Bupati Humbang Hasundutan), Radiapoh Hasiholan Sinaga (Bupati Simalungun), dan Taufik Zainal Abidin (Wakil Bupati Asahan). Sebelum itu, Sahrul Gunawan yang dikenal sebagai pemain sinetron masa remaja yang kini menjadi Wakil Bupati Bandung, juga sudah bertemu Airlangga Hartarto dan menyatakan diri bergabung dengan Partai Golkar.

Singkat cerita, kehadiran wajah-wajah baru dan lama dalam rimbun beringin itu menandakan pilihan terbuka dalam demokrasi elektoral. Jelang pemilu-pemilu periode sebelumnya, Partai Golkar justru banyak kehilangan kader, termasuk para penyelenggara negara atau keluarga mereka yang semula diusung Partai Golkar dalam pemilihan langsung kepala daerah. Mereka bergabung dengan partai politik yang lahir dari rahim kaderisasi tingkat tinggi Golongan Karya pada masa Orde Baru. Partai Golkar tentu tak ingin kehilangan lagi kader-kader potensial.

Apabila jelang pemilu 2024 ini mereka kembali, tentu saja bakal menopang keberadaan kaum millenial yang mayoritas di kandang beringin kini. Dan kehadiran mereka, pertama dan terutama sekali memberikan nafas, semangat, dan energi yang baik bagi Partai Golkar guna semakin kokoh dalam mengarungi tahapan pemilu yang kini sudah berjalan, kian bergelombang.

Dari markas gerilyawan di Kemayoran, kami selalu menanti nama-nama baru itu…

Jakarta, Rabu, 25 Januari 2023.