Panjat dan puji pada-Nya
Ratusan pejuang demokrasi para petugas KPPS berguguran tak terelakkan ribuan yang sakit, kelelahan karena tugas untuk suksesnya helatan akbar negara.
Senyum yang kemarin kembara menyempit nyinyir pedih dirasa keluarga.
Kenapa mereka bisa begini? sang awam bertanya kepada banyak pihak disela rehat atau membuka tali silaturahmi.

Para petugas KPPS tiada lelah bekerja berjalan jauh diguyur hujan maupun terik matahari merekat kepala dan badan purna.
Ia tersenyum
Ia bercanda
Ia membuka mata membentang waktu untuk menyelamatkan negara.
Kini para pahlawan berguguran wafat.
Ribuan sesak nafas, lunglai dan tergolek pasrah.

Tersenyum nyinyir ketika mendengar akan mendapat santunan puluhan juta.
Ada yang gurau dan mungkret.
Ada yang senang sekedar mengobati.
Jalan panjang terputus rawayan kehidupan.
Kenapa bisa terjadi kematian massal
sakit masal dan keputusasaan cita umtuk membangun karakter bangsa.

Sementara saat negara carut marut dan kesedihan kecurangan di sana sini membuka luka baru para tokoh penolak dianggap makar.
Ada apa dengan demokrasi bangsa beradab ini
Seakan punah bangsa yang santun dan sabar pudar bangsa penyayang.
Kenapa negeri ini begitu sungsang tak saling percaya.
Tentu tidak akan ada asap jika tak ada api.
Siapa yang membakar
Siapa yang memanfaatkan
Bermain domino adu masib bahkan ada yang transaksi untuk keuntungannya.

Jejak para penjilat mulai menjajah saudaranya sendiri
Watak para penjahat senang membunuh saudaranya sendiri.
Kemana negara berlabuh
Kepada siapa mencari keadilan dan tempat berteduh.
Dwi Warna telah berubah warna-warni sesuka hati.
Kepokahan akan mewarnai kepentingan yang bukan dari ajaran leluhur kita.

Kemana mereka sang penata negara atau malah sibuk dengan bermain judi.
Untung rugi karena merasa andil ketika menentukan pilihan.

Hanya senyum dan ucap terbata
Lirik mimpi melodi negeri
Batu nisan jembatan kenangan.

Karya: Ace Sumanta
Cibungbulang, 10 Mei 2019