Bogor, News Warta Publik – Ikhtiar, pantang menyerah, dan berdoa menjadi elemen penting dalam merintis usahanya. Dengan pengetahuan yang sangat minim mengenai pertanian, pengalaman dan keterampilan yang juga nol serta dunia marketing yang tak kalah butanya, tidak lantas membuatnya pesimis untuk mencoba menjalani industri rumahannya.

Adalah seorang Donnie Raditya, warga Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang benar-benar membangun bisnis rumahannya itu dari nol. Dengan produk olahan makanannya berupa bayam crispy, ia mencoba peruntungannya di bisnis kuliner Kota Hujan.

Usaha camilan yang mengusung tagline “murah tapi gak murahan” itu memang baru seumur jagung, tepatnya baru menginjak enam bulan pada 12 Desember 2018 lalu. Namun demikian, dengan ketekunan dan kesabaran melakoninya itu kini perlahan mulai dikenal publik khususnya para pencinta kuliner Kota Bogor.

Diceritakan salah seorang jurnalis media online di Kota Bogor ini, bahwa sebenarnya cikal bakal dirinya akan memulai usahanya bukan mengolah tanaman bayam menjadi camilan. Melainkan dia menuturkan bahwa sebenarnya jika pada awalnya akan merintis budidaya ikan lele. Padahal, katanya, ia sempat “kursus” singkat untuk mempelajari seluk-beluk berternak lele dan hampir memesan beberapa buah kolam sebagai media untuk membudidayakan lele.

“Skenario akhirnya berubah waktu saya sudah bertemu dan berbincang dengan seorang kawan. Singkat cerita, dia menerangkan mengenai cara bertanam bayam jenis raja yang secara perawatan sangat mudah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, bayam jenis ini pun tak perlu menunggu waktu lama untuk dipanen. Alhasil, dari obrolan itu saya mulai fokus untuk menggarapnya sebagai mata pencaharian tambahan,” papar Donnie kepada media ini. Rabu, (19/12/2018).

Akhirnya dengan modal bibit pemberian temannya itu, Donnie langsung menanam dengan menggunakan sisa lahan yang ada di pekarangan rumahnya. 12 Juli 2018 itulah menjadi titik awal dirinya bersama sang isteri menekuni industri rumahan bayam crispy dengan merek dagang Si BAPY yang merupakan akronim dari Bayam Crispy. Perlahan, tanaman bayamnya pun mulai tumbuh dan membuahkan hasil dengan daun-daun bayam yang berukuran besar dengan sedikit tingkat kerusakan atau kegagalan.

Sesuai dengan niat awalnya yang ingin memberikan sajian camilan bermutu seperti brand produk kuliner ternama, maka suami dari Anita ini pun melakukan semuanya dengan penuh totalitas. Artinya, dia memperhatikan kesehatan tanamannya. Salah satunya adalah dengan bercocok tanam secara organik alias tidak menggunakan bahan-bahan kimia termasuk media tanamnya.

“Tidak hanya perawatan dan pola tanamnya yang dijaga kualitasnya, saya juga menjaga betul produk olahannya dengan tidak menggunakan sedikit pun bahan pengawet. Sehingga Si BAPY dipastikan sangat aman dan higienis, meskipun belum mengantongi berbagai dokumen pendukung dari dinas terkait,” paparnya.

Faktor di atas menjadi salah satu penentu keberhasilannya dalam mengembangkan Si BAPY. Dengan profesinya sebagai seorang jurnalis, sudah barang tentu memiliki banyak kenalan dan relasi. Mulai dari narasumbernya hingga berbagai kolega yang kerap ditemuinya di lapangan saat bertugas meliput suatu kegiatan atau peristiwa.

Oleh karena itu, diakuinya jika modal silaturahmi itulah yang membuat eksis Si BAPY sampai saat ini. Meski ia juga tidak menampik jika teknologi informasi yang saat ini begitu masif turut dimanfaatkannya untuk menambah jejaring pemasarannya. Walau cara konvensional, “dari mulut ke mulut” juga tetap dijalankannya untuk menambah jaringan pemasaran produknya.

“Maka sinergi dan kolaborasi yang baik serta modal silaturahmi itulah yang membuat Si BAPY ini alhamdulillah sekarang perlahan-lahan mulai berkibar benderanya. Apalagi harga yang kita tawarkan juga sangat ramah di kantong semua segmen calon pembeli atau pelanggan yang sudah ada, hanya Rp.6.000 per bungkusnya untuk bisa menikmati camilan sehat, enak dan tentunya berkualitas dengan produk sejenis di pasaran,” bebernya.

Atas kerja kerasnya juga, ia mengungkapkan jika kini Si BAPY sudah mulai merambah sejumlah daerah lain di Indonesia. Selain memanfaatkan keluarga dan koleganya untuk membantu memasarkan produknya, ia pun mengaku merasa terbantu atas segala kontribusi dan dukungan yang telah diberikan Bidang Eknomi Kreatif pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor. Seperti salah satunya adalah mengikutsertakan Si BAPY dalam pameran ekonomi kreatif di Kota Malang, Jawa Timur.

“Alhamdulillah sekali sangat saya rasakan kini, karena Si BAPY pelan-pelan sudah ‘keluar kandang’. Selain wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, Si BAPY juga sudah berekspansi dengan luar daerah dan di antaranya Medan,” ucapnya.

Sama seperti pelaku industri rumahan skala kecil yang masuk kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Donnie pun menceritakan berbagai kesulitan dan hambatan yang ditemuinya selama menjalankan roda bisnisnya. Terlebih saat awal merintis. Mulai dari menemukan formulasi yang tepat untuk bumbu, kendala pemasaran hingga persoalan terbatasnya sumber bahan baku yakni daun bayam.

“Tapi semua kendala yang dialami menjadi guru sekaligus pembelajaran untuk tetap terus berupaya dengan komitmen dan keyakinan untuk memberikan kualitas produk yang baik dan berkualitas kepada para loyalis (sebutan pelanggan Si BAPY). Tetap menjaga hubungan baik dengan mereka, jadi tidak jual putus begitu saja. Ini termasuk juga dengan berbagai saran dan masukan yang kerap diberikan oleh mereka, yang tentunya sebagai hal-hal positif sebagai pengingat dan bahan evaluasi kita dalam menyajikan produk yang murah tapi gak murahan sesuai dengan tagline yang diusung,” jelas Donnie.

Dengan demikian, tambahnya, diharapkan dari waktu ke waktu pelanggan yang ada akan tetap loyal ditambah dengan terus akan bertambah pula loyalis baru Si BAPY. Apalagi, sambungnya, dalam menjalankan bisnisnya itu ia pun mengedepankan kolaborasi dan sinergi. Dalam arti dengan tangan terbuka mengajak siapapun yang ingin bergabung sebagai mitra atau reseller.

Karena dengan bijak dirinya mengungkapkan bahwa bisnis bukan sekadar mencari uang atau mengejar keuntungan semata, tapi yang tak kalah pentingnya adalah menjalin silaturahmi dan berbagi.

Andy Djava