Pakuan pos – Bencana sejatinya adalah bertemunya bahaya dan kondisi masyarakat yang rentan, sehingga mereka selalu dalam risiko tertinggi sebagai korban. Sepanjang sejarah republik ini berdiri, kekuasaan lebih sering absen hadir dalam persoalan bencana alam di negeri ini.

Bukti perilaku kekuasaan yang absen (tidak hadir) di masyarakat adalah ketika terjadi bencana hanya ada tafsir tunggal dengan peran sentral pemerintah dalam memonopoli informasi maupun respon penanganannya. Di titik ini korban terdampak (masyarakat) selalu diposisikan sebagai korban yang tak berdaya, tidak berkemampuan menolong dirinya sendiri, dan lebih parahnya diperlakukan sebagai obyek eksploitasi politik serta proyek bantuan.

Minimnya upaya untuk mengelola kondisi kebencanaan sebagai modal sosial yang menguatkan solidaritas serta orkestrasi aksi nyata, semakin menjauhkan kedewasaan masyarakat dalam mengatasi keterbatasannya menaklukkan kondisi kebencanaan.

Pada momen bencana banjir DKI Jakarta Januari 2020, kita mengalami hal baru yang diinisiasi oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Dalam penanganan bencana banjir, Anies tidak hanya mampu membuat tenang warga DKI yang terdampak banjir. Tapi juga mampu mengkoordinasikan jajarannya mulai dari Lurah sampai Pejabat-pejabat Dinas untuk hadir ditengah warga terdampak banjir.

Bantuan mulai dari bahan makan, pakaian, obat-obatan dan barang-barang yang dibutuhkan warga dapat dengan cepat dipenuhi dan didistribusikan dengan cepat dan tepat sasaran. Bukan hanya itu bahkan kebutuhan peralatan sekolah bagi anak anak sekolah terdampak banjir juga diberikan.

Kita juga bisa lihat pada banjir 2020 kali ini, posko-posko kesehatan yang digawangi oleh Puskesmas DKI juga hadir ditengah-tengah warga terdampak banjir. Bahkan petugas puskesmas tidak segan-segan mengarungi genangan air hanya untuk menyambangi warga yang sakit dan tidak bisa dibawa ke posko kesehatan sentral atau puskesmas. Satu hal yang belum pernah terlihat pada kepemimpinan DKI sebelumnya.

Yang paling menakjubkan adalah ketika Anies Baswedan menyerukan kerja bakti massal pada Sabtu, 5 Januari 2020. Seruan tersebut ditindaklanjuti dengan masif oleh jajaran pemerintahan DKI mulai dari Walikota hingga Lurah. Tak hanya warga terdampak yang menyambut secara masif namun juga warga yang tidak terdampak banjir turut antusias terjun dalam kerja bakti massal Anies Baswedan.

Pada momen ini, modal sosial masyarakat justru berhasil ditegakkan, urung hanyut diterjang arus deras caci-maki dan hujatan yang merendahkan nurani waras.

Tak sekedar seremonial membersihkan jalan-jalan utama di Jakarta, tapi hingga jalanan kecil di perkampungan warga, rumah ibadah, sekolah semua disapu bersih dari gunungan sampah usai genangan surut.

Sekali lagi, Kerja Bakti Massal kemarin adalah bukti bahwa Gubernur DKI Jakarta mampu mewujudkan model kepemimpinan kolaboratif. Warga serta komponen masyarakat luas bahu membahu dengan jajaran Pemprov DKI, menyatukan niat, keringat, dan siasat dalam menyelesaikan persoalan.

Anggap saja hujatan dan cacian adalah jamu pegal linu yang menyegarkan usai kerja bakti, dan Anies layak berbangga bahwa warga DKI begitu solid mendukung upaya baik.

Dari sudut Pemprov DKI, hal tersebut adalah modal terpenting pemberdayaan masyarakat, dalam memitigasi serta meningkatkan kesadaran penanggulangan bencana. Sehingga masyarakat tidak lagi rentan dan mampu mereduksi sekecil mungkin timbulnya korban.

oleh Agung Nugroho, (Ketua Nasional Rekan Indonesia)