Sukabumi, News Warta Publik – Dalam khazanah kehidupan masyarakat Indonesia, istilah Gotong Royong menempati posisi terhormat sekaligus membumi. Terhormat karena istilah tersebut sering dijadikan kata kunci oleh para tokoh bangsa untuk menggalang dukungan terhadap suatu gagasan.
Presiden pertama Indonesia, Sukarno menggunakan term gotong royong sebagai kata lain Ekasila yang merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan.
Gotong royong adalah sifat dasar yang dimiliki manusia Indonesia, demikian guru-guru kita semasa SD menanamkan doktrin semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Masyarakat kita sejak lama telah sadar betul bahwa sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain.
Sebaliknya, juga perlu melibatkan diri untuk membantu orang lain melepaskan diri dari kesulitan. Tidak semua hal bisa dilakukan sendiri atau menggunakan kekuatan sendiri. Budaya gotong-royong benar-benar hidup dan menjadi tulang punggung kehidupan bermasyarakat. Itulah mengapa istilah gotong royong dikatakan membumi.
Di tengah-tengah masyarakat negeri ini, terutama di pedesaan, seperti terlihat di kampung Ancol RT 05/03 desa Citamiang, kecamatan Purabaya kabupaten Sukabumi pada Minggu, (22/7/2018) warga masyarakat setempat sedang bergotong-royong akan membangun masjid.
Warga masyarakat sekitar dengan rela hati datang membantu tanpa mengharap mendapat imbalan uang. Bahkan hal tersebut dilakukan dengan sedikit mengorbankan kepentingannya sendiri semisal menunda atau meniadakan aktivitas yang sedianya harus mereka lakukan saat itu.
Apabila tidak bisa membantu tenaga saat itu, warga akan memberikan bantuan dalam bentuk lain atau menggantinya di lain hari di mana ia sempat.[ Red ]
Reporter by Andy Djava
News Warta Publik