Gianyar, Pakuan pos – Pementasan Wayang Wong Millenial Model Baru yang mengangkat drama tari Kisah Cupu Manik Astagina yang kemasannya tampil dengan sentuhan narasi kekinian dengan teknologi dan tata cahaya lampu yang eksotis membuat kagum seluruh pengunjung di Bentara Budaya Bali, Jl Ida Bagus Mantra No 88A, Ketewel Gianyar Bali, Selasa (24/9/2019).

Melalui riset dan penelitian yang holistik akhirnya Wayang Wong Inovatif sudah rampung 100 persen, mengingat keberadaannya yang terancam punah, dijauhi oleh generasi muda, maka pengembangan Wayang Wong inovatif sengaja melibatkan (involment) generasi millenial.

“Sekitar 120 anak remaja usia PAUD sd SLTA sengaja direkrut/dilibatkan menjadi pendukung/pemain Wayang Wong inovatif,” kata Dr. Ni Made Ruastiti, SST. MSi sebagai Kreator dari Tim ISI ini berkolaborasi dengan Sanggar Paripurna, Desa Bone Gianyar.

Menurutnya, Beberapa alasan mengapa pengembangan Wayang Wong inovatif ini sangat penting dan urgen dilakukan karena Pertunjukan Wayang Wong saat ini terancam punah di Bali, “Padahal seni pertunjukan ini memiliki nilai edukasi yang luhur bagi pembangunan karakter generasi penerus (millenial) saat ini dan Seni pertujukan Wayang Wong merupakan bagian dari kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan dikembangkan,” terang Ruastiti.

Walaupun seni pertunjukan Wayang Wong mengandung nilai-nilai budaya adi luhung tetapi kenyataannya seni pertunjukan ini hanya diminati oleh kelompok orang tua saja. Hanya sedikit generasi muda yang mau peduli terhadap Wayang Wong. Dan Wayang Wong baru menampilkan aspek koreografi, percakapan, gerak tari, tata panggung, tata lampu digital yang mampu memukau generasi millenial.

“Wayang syarat akan nilai edukatif untuk membangun karakter generasi milenial. Nilai-nilai seperti kejujuran, kebenaran, heroisme, patriotisme, etos kerja dan sebagainya bisa dipelajari dalam seni wayang. Wayang juga mengandung filosofi kehidupan tentang nilai-nilai kebenaran (logika), masalah sopan santun dalam pergaulan sosial (etika), serta ekspresi estetis (estetika) yang teramat penting untuk mengasah nurani, kepekaan sosial yang kini semakin langka,” tuturnya.

Dr Ni Made Ruastiti, SST. MSi. tak sendiri menciptakan Wayang Wong Inovasi, namun didukung juga oleh Dr. I Komang Sudirga, sskar. MHum dan Dr. Gede Yudarta, SSKar. MSi dan Tim ISI denpasar dan berkolaborasi dengan Sanggar Paripurna, Desa Bone, Gianyar Bali.

Secara mendasar, pengembangan inovasi ini merupakan bagian dari upaya menjaga seni budaya bangsa melalui proses pewarisan budaya dari generasi terdahulu kepada generasi penerusnya. Anak-anak millenial Bali harus kembali mencintai budayanya sendiri, yakni wayang wong. Mereka harus memiliki self of belonging (rasa memiliki) terhadap keberadaan Wayang Wong yang mempunyai nilai-nilai edukatif yang luhur.

Kedepan, diharapkan terbentuk sebuah model wayang wong inovatif yang digemari generasi milenial. Model Wayang Wong inovatif ini bukan saja dipentaskan, tetapi lebih jauh juga dijadikan bagian dari materi ajar seni-budaya, termasuk dalam bentuk, buku ajar, prosiding nasional dan internasional, jurnal nasional dan internasional bereputasi.

“Diharapkan dengan adanya riset ini Wayang Wong bisa tetap lestari sekaligus penguatan karakter kepribadian anak millenial dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0,” pungkas Ruastiti. (hd)