Pakuan Pos - Pencak Silat menjadi salah satu kekuatan seni budaya Indonesia yang selalu hadir pada setiap generasi. Pada tahun 2019 Pencak Silat mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya takbenda. Pencak Silat sebagai salah satu seni beladiri khas Indonesia yang telah mengakar cukup lama, tidak hanya dikenal sebagai seni beladiri, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang turun temurun dari generasi kegenerasi.
Selain sebagai bentuk fisik dari kebudayaan, Pencak Silat juga memiliki nilai-nilai budaya yang dalam, seperti kebersamaan, disiplin, penghornatan terhadap sesama, dan banyak lagi nilai-nilai kehidupan yang terkandung didalamnya. Melalui pelatihan Pencak Silat, generasi muda dapat mempelajari tidak hanya teknik bertarung, tetapi juga moralitas, keberanian, tanggung jawap. Hal ini membuat Pencak Silat bukan hanya sebagai sebuah seni bela diri, tetapi juga sebagai edukasi.
Pengakuan UNESCO memberi dorongan besar bagi pelestarian dan pengembangan Pencak Silat sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia
Pencak silat pada dasarnya bukan sebatas belajar gerak atau jurus-jurus, akan tetapi banyak hal yang dapat menjadi bahan edukasi, seperti halnya yang dilakukan oleh guru-guru Silat pada masa dahulunya. Ketangkasan, kepekaan, dan kecerdasan raga, pikir, rasa, imajinasi menjadi satu kesatuan utama, sehingga pesilat mempunyai kekuatan lahir dan bathin, baik dalam beladiri maupun dalam kehidupannya.
Dr. Alfiyanto melalui proses kreatif penciptaan karya tari yang diberi judul “Bersilat” ini mencoba untuk menjadikan Pencak Silat sebagai media edukasi dengan menggali kepekaan raga, rasa, pikir, dan imajinasi disamping pencapaian artistik (karya tari). Cara kerja penciptaan karya tari yang dilakukan oleh Dr. Alfiyanto ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk merangsang tubuh pesilat dan penari anak-anak serta remaja yang terlibat, disamping memiliki kemampuan secara fisik yang terampil juga memiliki kecerdasan dan kepekaan rasa, pikir, imajinasi, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, karena belajar pencak silat itu lebih kepada pencapaian nilai-nilai kehidupan, dan belajar pencak silat sesungguhnya adalah belajar tentang kehidupan disamping bertujuan untuk beladiri.
Karya Tari ini merupakan sebuah proses kolaborasi yang unik, menggabungkan dua hal yang sangat kontras dan diramu menjadi satu kesatuan utuh yang harmonis, yaitu menggabungkan kelompok musik metal (kelompok musik Ensemble Tikoro) dengan karya tari kontemporer yang mengambil akar dari Pencak Silat.
Kelompok musik Ensemble Tikoro, yang dikenal dengan musik metalnya, berkolaborasi dalam proses penciptaan karya tari Dr. Alfiyanto yang berakar dari Pencak Silat. Partisipasi Ensemble Tikoro menambah elemen musik yang unik dan kuat pada karya tari tersebut, menciptakan perpaduan antara seni musik metal dan gerakan Pencak Silat tradisional. Kolaborasi ini memperkaya karya Dr. Alfiyanto dengan suasana yang intens dan dinamis, yang sejalan dengan kekuatan dan ketangkasan yang ditonjolkan dalam gerakan-gerakan Pencak Silat.
Dalam proses kreatif ini, Ensemble Tikoro memberikan iringan musik yang tidak hanya sekadar melodi, tetapi juga membawa semangat yang menyatu dengan energi gerakan tarian yang terinspirasi dari Pencak Silat. Musik metal berbasis vokal yang keras, energik, dan berirama cepat dan terkadang lebut dari Ensemble Tikoro memperkuat ekspresi tubuh para penari, sehingga mereka tidak hanya menampilkan gerakan bela diri secara fisik, tetapi juga memainkan rasa dan imajinasi dalam bergerak.
Kolaborasi antara Dr. Alfiyanto dengan Wajiwa Dance laboratorynya bersama kelompok musik metal Ensemble Tikoro, menunjukkan bagaimana seni tradisional dan modern dapat saling melengkapi untuk menciptakan karya yang inovatif dan menarik. Melalui perpaduan ini, karya tari yang diciptakan tidak hanya menyampaikan kekayaan budaya Pencak Silat, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dalam konteks yang relevan dan menggugah untuk generasi muda dalam kekinian.
Peristiwa kreativitas penciptaan seni ini menyoroti semangat inovatif yang diciptakan melalui kolaborasi antara Dr. Alfiyanto bersama Wajiwa Dance Laboratory-nya dengan kelompok musik metal Ensemble Tikoro.
Karya tari ini membawa konsep kebaruan dalam dunia seni tari, khususnya di Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya, memadukan elemen seni tradisional Pencak Silat dan musik metal berbasis vokal. Pendekatan yang segar dan penuh kebaruan ini menawarkan bentuk ekspresi yang berbeda, menarik perhatian publik dan menciptakan peluang baru bagi perkembangan seni tari Indonesia.
Kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa seni tradisional dan modern bisa bersinergi dengan baik, menghasilkan karya seni yang tidak hanya atraktif tetapi juga penuh makna. Pencak Silat, yang merupakan warisan budaya Indonesia, digabungkan dengan musik metal yang mengolah vokal dari kelompok Ensemble Tikoro untuk membentuk sebuah karya yang kuat dan dinamis. Perpaduan ini menggambarkan bagaimana seni dapat berkembang tanpa meninggalkan akar budayanya, namun tetap relevan dan menarik bagi generasi muda.
Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Pencak Silat dalam bentuk yang lebih modern, karya ini bukan hanya mempertontonkan keindahan gerak dan ritme, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan budaya seperti kedisiplinan, keberanian, dan rasa hormat. Melalui kolaborasi ini, seni tari tidak hanya menjadi sarana ekspresi, tetapi juga menjadi media edukasi yang mendalam, mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang berharga.
Dr. Alfiyanto menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam menangkap peluang kreativitas dengan menggabungkan kelompok tari Wajiwa Dance Laboratory dan kelompok musik metal Ensemble Tikoro dalam satu panggung, dengan berakar pada seni tradisional Pencak Silat. Dalam melihat potensi ini, Dr. Alfiyanto tidak hanya memahami kedalaman Pencak Silat sebagai warisan budaya, tetapi juga melihat cara untuk memperbarui dan memperluas bentuk ekspresi seni ini dengan elemen-elemen kontemporer yang diharapkan mampu menarik perhatian generasi muda.
Pencak Silat biasanya dipandang sebagai seni bela diri tradisional yang memiliki nilai-nilai luhur, tetapi Dr. Alfiyanto berhasil mengembangkan perspektif baru. Dengan menggabungkan energi dan agresi musik vokal metal dari Ensemble Tikoro dengan gerakan dinamis dan bermakna melalui polagarap gaya Wajiwa, ia menciptakan pengalaman panggung yang intens dan berkesan. Kolaborasi ini membawa Pencak Silat ke dalam konteks yang berbeda, menambahkan unsur modern yang kontras namun saling melengkapi, sehingga menciptakan karya yang penuh inovasi dan menyegarkan.
Kecerdasan kreatif Dr. Alfiyanto terletak pada kemampuannya melihat bagaimana dua bentuk seni yang tampak berbeda, yaitu tari yang lembut namun bertenaga dan vocal musik metal yang keras dan dinamis, dapat berinteraksi untuk mengekspresikan nilai-nilai Pencak Silat dengan cara yang baru dan memikat. Pendekatan ini juga menjadi wadah bagi kedua kelompok seni tersebut untuk mengekspresikan diri, menjembatani kesenjangan antara seni tradisional dan modern, serta menciptakan ruang bagi pelestarian dan perkembangan Pencak Silat sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.
Melalui kolaborasi ini, Dr. Alfiyanto tidak hanya berhasil menghadirkan Pencak Silat dalam bentuk yang baru, tetapi juga memperlihatkan bahwa seni budaya tradisional memiliki fleksibilitas yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensinya. Ini adalah bukti kecerdasannya dalam membaca kebutuhan zaman dan dalam mempersembahkan seni tradisional kepada khalayak modern.
Penulis
Dr. Alfiyanto