Jakarta, Pakuan Pos - Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menyatakan ada hal yang keliru dalam pelaksanaan pola asuh (parenting) di Indonesia dengan nilai-nilai akhlak Islam, sehingga harus ada evaluasi atas pelaksanaan pola asuh atau parenting oleh orang tua kepada anak-anaknya agar dapat diperbaiki.
"Jika melihat banyaknya kasus-kasus yang terlihat saat ini, maka Perempuan ICMI menilai perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap pola asuh orangtua kepada anak-anaknya khususnya dalam akhlak Islam saat ini agar kekeliruan itu tidak berkelanjutan," ujar Ketua Dewan Pengurus Pusat Perempuan ICMI, Dra Welya Safitri M.Si dalam sambutannya pada kegiatan Bedah Buku berjudul "50 Solusi Parenting Tanpa Pening" pada Kamis (18 Juli 2024) di Gedung ICMI Center, Jakarta.
Welya juga menilai, banyaknya kasus-kasus kriminalitas saat ini terjadi akibat salah dalam pola asuh pelakunya saat kecil, dan jika dibiarkan maka dikhawatirkan akan membahayakan nasib generasi Indonesia yang jauh dari nilai-nilai adab dan akhlak Islam.
"Ada kasus anak membunuh ibu kandungnya, ada istri membunuh suaminya yang terlibat judi online, ada angka bunuh diri anak dan remaja yang begitu tinggi akibat judi online, wabah pornografi dan LGBT dan kasus-kasus lainnya yang muncul dipermukaan media saat ini, itu indikator bahwa penyebab utamanya adalah kesalahan pola asuh yang selama ini diterima," terang Welya.
Karena itu, Perempuan ICMI mengajak agar seluruh pihak aktivis perempuan saat ini berpikir keras dan bergerak bersama untuk merumuskan solusi atas kekeliruan praktik pola asuh tersebut.
"Perempuan menjadi ujung tombak pola asuh, karena memang kaum perempuan yang paling banyak terlibat dalam pola asuh anak dan paling sering bertemu anak-anaknya. Karena itu, para Ibu harus meningkatkan pendidikannya terutama keterampilan dalam pola asuh dalam mengawal perkembangan jiwa anak," tambah Welya.
Keterampilan pola asuh belum dianggap penting
Dalam kesempatan itu, Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Prof Euis Sunarti mengatakan bahwa kegagalan pola asuh saat ini adalah karena adanya anggapan bahwa keterampilan pola asuh belum dianggap penting oleh para orang tua di Indonesia.
"Keterampilan pola asuh harus dimiliki para Ibu, dan pelaksanaannya harus seimbang dalam kuantitas dan kualitasnya, sehingga pengasuhan akan membentuk karakter yang baik bagi anak," ujar Euis.
Selain itu, beberapa kekeliruan yang kerap dilakukan dalam pola asuh adalah inkonsisten, kurang persisten dan pola pengasuhan yang berhenti sebelum dilakukan secara lengkap.
"Kita mendorong agar para orangtua harus memiliki keterampilan materi pengasuhan yang baik, baik moral dan spiritual," tegas Euis.
Sementara itu, penulis buku 50 Solusi Parenting Tanpa Pening, Azimah Subagijo menjelaskan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orangtuanya.
"Karena itu, tanggungjawab utama anak adalah orangtuanya akan menjadi seperti apa kelak," ujar Azimah yang merupakan penulis buku tersebut dan juga Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi.
Azimah yang juga Wakil Sekretaris Perempuan ICMI itu menyayangkan, Indonesia yang seharusnya mendapat bonus demografi namun dengan merebaknya judi online, pornografi, kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya dikhawatirkan malah menjadi bencana demografi.
Sementara itu, Senator Perempuan DPD asal Jakarta, Fahira Iris menyatakan sangat mendukung kegiatan ini dan akan membantu dalam terwujudnya peningkatan keterampilan pola asuh bagi perempuan di Indonesia. "Saya juga punya anak perempuan yang akan segera menikah, insyaAllah akan mulai saya arahkan tentang pentingnya pola asuh.
Narasumber dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPA), Eti Sri Nurhayati menyoroti tentang peran Ayah yang sama pentingnya dalam pola pengasuhan anak seperti halnya peran Ibu.
"Saat ini, peran ayah seolah tidak penting dalam pola asuh anak (Fatherless). Padahal, itu bisa memberikan pengaruh negatif dalam perkembangan jiwa anak," terang Eti.
Acara bedah buku ini terselenggara dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional dan Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah, dan didukung penuh oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPA) dan Perempuan ICMI, selain itu ada juga Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah (KPMDI), Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) dan beberapa organisasi perempuan lainnya.
Ketua Panitia menjelaskan, kegiatan bedah buku itu dihadiri oleh ratusan peserta baik daring maupun luring dengan latarbelakang daerah berbeda-beda.
"Yang kita pantau, ada lebih dari 100 orang yang mengikuti acara ini dan mereka datang dari berbagai daerah
ICMI akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara. (IS)