Pakuan Pos - Dalam pemilahan kasta kuno secara garis besar hanya terbagi dua yaitu 'Gunung' dan 'Samudra' yg mana gunung atau hardi itu melambangkan trah satriya dan raja sedangkan samudra itu juga kata lain dari sudra yg melambangkan alam bawah yg datar dan lebih lebar dari gunung yg mana sesuai dengan gambaran alamnya para penghuni samudra ini digambarkan dengan mahluk-mahluk air begitu pula para penghuni gunung atau hardi juga di gambarkan dengan mahluk-mahluk darat.
Dalam pewayangan menyimpan sejuta sandhi yg terselubung dari bentuk dan ceritanya itu sendiri, tanpa kamus sandhi jawa kuno maka akan timbul anggapan baru sebagai cerita mitos dan fiksi.
Dibawah ini hanya sebagian kecil arti sandi2 jawa kuno yg saya kira cukup untuk menerjemahkan cerita pewayangan
Wangsa Hardi ( Satriya)
Singa :
- pangeran ( anak raja)
Liman / gajah :
- adipati
Lembu :
- panglima
Naga :
- pangolah bebandha ( investor pemodal)
Garudha :
- bumiwara ( guru rakyat)
Kuntul :
- hardiwara ( guru kraton)
Kidang :
- kadang / keluarga raja
Raseksa :
- Bhairawan / kanibalisme bangsa ksatriya
Wanara :
- raseksa alas ( kanibal hutan pedalaman)
Kancil :
- juru masak kraton
Kura :
- wedono pati
Wangsa samudra (sudra)
Rekatha / srenggi / yuyu :
- prajurit kraton
Urang :
- tadah pati ( prajurit baris depan)
Mina / iwak :
- bangsa rakyat cilik
Bajul :
- begal rampok
woh wit kayon kajeng ;
pelem, jambu :
- anak lanang
woh wit rambat ; timun, semangka, waluh :
- anak wedok
Dan juga untuk menggambarkan pedesan atau perkampungan juga digambarkan sebagai telaga, rawa, danau
Kehidupan kuno sebenarnya tak seindah pagelaran ringgit purwa yg mana dahulu kanibalisme adalah bagian dari budaya dari para bhairawan bangsawan sendiri, itulah kenapa para dewa atau raja2 kuno awatara dalam pewayangan digambarkan hanya memakan 'Pelem pradangga jiwa' dan 'Jambu dipa nirmala'